Teratai Putih
: Arganita Widawati
Perihal kepatuhan pada bening telaga
Kelopak-kelopak yang tak kusut berjaga-jaga
Dari kejatuhan embun yang bukan pilihan
Hati sementara menduga: Ia kah masa depan?
Nirwana di teduh mata Bunda
Angsa-angsa yang terus bernyanyi gundah
Telah lama bidadari tak datang membagi wangi
Sementara lompatan katak kian tinggi
Teratai putih o teratai putih
Dari rindu-rindu ungu Bunda
Di setiap mekarnya seutuh jiwa rasai perih
Tersering menunggu lebih baik dari sekedar menunda
Yang datang kemudian masih rerupa janji
Kemana harus lingkaran kenangan tersaji
Terus teruslah Bunda menulis puisi
Sebelum esok hadir sebagai ilusi
Manado, 04092012.
Kelopak-kelopak yang tak kusut berjaga-jaga
Dari kejatuhan embun yang bukan pilihan
Hati sementara menduga: Ia kah masa depan?
Nirwana di teduh mata Bunda
Angsa-angsa yang terus bernyanyi gundah
Telah lama bidadari tak datang membagi wangi
Sementara lompatan katak kian tinggi
Teratai putih o teratai putih
Dari rindu-rindu ungu Bunda
Di setiap mekarnya seutuh jiwa rasai perih
Tersering menunggu lebih baik dari sekedar menunda
Yang datang kemudian masih rerupa janji
Kemana harus lingkaran kenangan tersaji
Terus teruslah Bunda menulis puisi
Sebelum esok hadir sebagai ilusi
Manado, 04092012.
Pesan Sebutir Pasir
: Fatih Kudus Jaelani
Kepada yang menuliskanku dalam puisi. Adalah kenangan yang angin- mendera sekujur jiwaku-. Pertemuan dilekatkan senja. Ditautkan malam. Rindu yang terus menjulur mencari ujung paling sinaran.Pendaran bayangku bukanlah alasan sendiri. Diri selalu menunjuk satu bintang. Mengerjap bebuih yang terjemahkan perih. Lirih, sungguh lirih subuh berbisik pada lelap.
Sehingga diketahuilah olehmu sebuah akhir. Embun yang membaui diri, menciptakan harapan dari setiap tatapan. Dimana kau berdiri sekarang? Datanglah menepi pada kepastian. Kesiasiaan akan merajuk. Menjauhi niscaya mentari. Menarilah sepenuh peluh. Dan suluh akan rubuh di sekujur tubuhmu. Menjadi puisi. Menjadi nama yang kepadanya dilekatkan angan dan segenap rindu.
Manado, 31082012.
Kepada yang menuliskanku dalam puisi. Adalah kenangan yang angin- mendera sekujur jiwaku-. Pertemuan dilekatkan senja. Ditautkan malam. Rindu yang terus menjulur mencari ujung paling sinaran.Pendaran bayangku bukanlah alasan sendiri. Diri selalu menunjuk satu bintang. Mengerjap bebuih yang terjemahkan perih. Lirih, sungguh lirih subuh berbisik pada lelap.
Sehingga diketahuilah olehmu sebuah akhir. Embun yang membaui diri, menciptakan harapan dari setiap tatapan. Dimana kau berdiri sekarang? Datanglah menepi pada kepastian. Kesiasiaan akan merajuk. Menjauhi niscaya mentari. Menarilah sepenuh peluh. Dan suluh akan rubuh di sekujur tubuhmu. Menjadi puisi. Menjadi nama yang kepadanya dilekatkan angan dan segenap rindu.
Manado, 31082012.
Kepada Aku, 2
Tentang sepi yang melarut di sepanjang tubuh waktu
Kalender yang lengser dari dinding, dari meja
Mengeja keinginan-keinginan yang dingin
Kepada aku, nama dengan aksara penuh racauan
Setelah G menjadi puisi, menemu pembaca yang mengkritisi
Maka, apalah yang hendak kumaknai dari H
Kiranya bukan penanda kehancuran
Aku, akuilah kehilangan
Warna senja yang selalu dirindu
Alamat pulang yang gegas dituju
Tentang sendiri yang menghanyutkan angan
Kenangan jadi lusuh bagi si sulung
Dimana berkibar bayang-bayang baru?
Mestinya langkah setia bersisian cahaya
Kepada aku, kepada nama yang disebut sepenuh kasih
Ibu mengerjap senyap di kedua lengannya
Berharap bukan ananda yang seharusnya rebah
Di sana, menjadi diri yang memahami tabah
Manado, Agustus 2012.
Kalender yang lengser dari dinding, dari meja
Mengeja keinginan-keinginan yang dingin
Kepada aku, nama dengan aksara penuh racauan
Setelah G menjadi puisi, menemu pembaca yang mengkritisi
Maka, apalah yang hendak kumaknai dari H
Kiranya bukan penanda kehancuran
Aku, akuilah kehilangan
Warna senja yang selalu dirindu
Alamat pulang yang gegas dituju
Tentang sendiri yang menghanyutkan angan
Kenangan jadi lusuh bagi si sulung
Dimana berkibar bayang-bayang baru?
Mestinya langkah setia bersisian cahaya
Kepada aku, kepada nama yang disebut sepenuh kasih
Ibu mengerjap senyap di kedua lengannya
Berharap bukan ananda yang seharusnya rebah
Di sana, menjadi diri yang memahami tabah
Manado, Agustus 2012.
Perihal Kedatangan, Kepergian dan Rindu
: Reski Kuantan
Perihal kedatangan, sudah pernah kau katakan. Sekawanan kata hadir, lantas lembaran kertas dipenuhi puisipuisi bermakna kesetiaan. Ada tahun yang sembunyi di pulau jauh. Dan tibatiba yang membayang adalah wajahmu. Tetap bersahaja. Serupa warna senja di garis pantai kenangan.
Perihal kepergian, sudah pernah kau tuturkan. Ada lambaian tangan, lalu hembus angin membawa pesanpesan bernada kecemasan. Ada musim yang menghilang di negeri seberang. Dan sekonyongkonyong yang mencuat adalah jejakmu. Masih menghentak. Selayaknya cahaya malam di titik padang ingatan.
Perihal kepergian, perihal kedatangan adalah perihal rindu. Sudah kusalin semuanya. Kelak, kau akan membacanya, dalam sepasang mataku yang begitu tabah menampung ikhlas.
Manado, 07052012.
Arther Panther Olii: Lahir di Manado pada tanggal tujuh Agustus, senng membaca beragam buku sejak SD dan mulai menyukai puisi sejak SMP, hingga saat ini tulisan-tulisanya telah tergabung dalam berbagai Anotologi Bersama dan terbit di berbagai media cetak.
Perihal kedatangan, sudah pernah kau katakan. Sekawanan kata hadir, lantas lembaran kertas dipenuhi puisipuisi bermakna kesetiaan. Ada tahun yang sembunyi di pulau jauh. Dan tibatiba yang membayang adalah wajahmu. Tetap bersahaja. Serupa warna senja di garis pantai kenangan.
Perihal kepergian, sudah pernah kau tuturkan. Ada lambaian tangan, lalu hembus angin membawa pesanpesan bernada kecemasan. Ada musim yang menghilang di negeri seberang. Dan sekonyongkonyong yang mencuat adalah jejakmu. Masih menghentak. Selayaknya cahaya malam di titik padang ingatan.
Perihal kepergian, perihal kedatangan adalah perihal rindu. Sudah kusalin semuanya. Kelak, kau akan membacanya, dalam sepasang mataku yang begitu tabah menampung ikhlas.
Manado, 07052012.
Arther Panther Olii: Lahir di Manado pada tanggal tujuh Agustus, senng membaca beragam buku sejak SD dan mulai menyukai puisi sejak SMP, hingga saat ini tulisan-tulisanya telah tergabung dalam berbagai Anotologi Bersama dan terbit di berbagai media cetak.
Post a Comment