Headlines News :
Home » , , » Puisi-puisi [Ayusia S. Kusuma]

Puisi-puisi [Ayusia S. Kusuma]

Written By sastra on Thursday, August 02, 2012 | 4:11:00 PM

Cinta Manusia Biasa

hingga telah aku beritakan
tentang segala bencana pernah menimpa
yang meluluhlantakkan perihal kesucian
dan damai dan indah yang manusia cari di mata manusia lain

sekecil ini lah nyali
yang pernah kubangun sekuat tenaga
hingga mungkin tak bersisa untuk kubungkus kado padamu
seperti tanda cinta si perawan yang malumalu
atau si perjaka yang bergumpalan binar mimpi dalam matanya
padanya, pada mereka
yang meminta harapan sederhana pada yang lain

mari kita pintal lagi dari awal
mungkin sisa tenaga ini masih cukup
menyurukkan kakiku pada persimpuhan padamu
maka segalanya akan kuhabiskan tiada bersisa
habis dan lalu kutemui abadi
maka harapan dan putus asa hampir mirip
sebab sama-sama menawarkan ilusi

260210


Tiga Dering Saja

cerita yang selalu berulang
ketika remah roti dan kerak nasi
aku sia-siakan di meja makan
segelas kopi sempat kuseduh
diantara dua mata menatapimu menjauh

kupegangi benda semacam penghubung bicara
antara aku yang sepi dan kau yang pergi
atau aku yang pergi dan kau yang sepi

kau diam
lalu dering pertama menghantar pesan tertulis
"hai, apa kabar?"

;seakan kalimat pembuka yang pendek dan telanjang itu asing pada dirinya sendiri
adakah basa-basi,
atau bertanya untuk berharap
bahwa..
"semoga kau baik-baik saja disana tanpa aku banyak bertanya dan kau banyak bercerita"

aku bungkam
namun sempat kupencet tuts lunak itu
dan dering kedua terbaca
"aku baik, kamu?"

lalu percakapan itu selesai setelah dering ketiga
"aku juga baik-baik saja."

aku tak kembali
menyentuh tuts
bercerita panjang padamu
tentang, mungkin saja kemarin aku sedang gundah dan ingin kau tenangkan
tadi pagi bisa saja, aku sempat terjatuh di tangga ketika hendak belanja
esok hari boleh jadi aku menghadapi hari paling berarti dalam bulan-bulan terakhir ini

kau juga tak kembali
bertanya atau bercerita yang sama
mulut kita terkunci
sedang kunci itu tidak ada padaku juga padamu
terpaku
pada dinding yang mencipta dirinya sendiri

barangkali hingga saat ini dan nanti
kita tak tahu bagaimana mengawali cerita
untuk mengakhirinya tanpa koma dan tanda tanya

Feb, 13 2010


Ah, Sama Saja!

saat fikir berkilat
di langitnya segala bisa tercipta
tak perlu ditemani bulan bintang atau kitab bercahaya
sebab ia melaju merangkumi siang malam
justru gelap membuatnya semakin terang
tak perlu dipagari kehati-hatian juga ketakutan
terlalu terbuka dia mengundang bahaya
sebab untuk apa otak tercipta?

aku disini saja mengintai
badai macam apa yang bisa merobohkanmu
benteng kokoh itu berwujud kemapanan
kekuasaan yang terlalu dekat padamu
terang membuat cemburu

kau sibuk mengurusi norma
bangsa ini terlalu bejat katamu
akhlak itu kataku,
bukan sebatas baju dan rok mbak bakul jamu
blues yang lupa dikancingkan
atau resleting yang macet di ujung celana

aku belajar akhlak dari paman petani
si pekerja keras yang menghidupi keluarga
demi anak sekolah dan istri hamil tua
meski padinya diharga sama dengan
uang yang kau sisipkan membeli viagra
atau gincu menor istri kedua
juga karaoke tiap malam bersama kolega

tenang kau sekarang
hidup mewah dan nyaman tak lagi impian
setelah dulu berkubang duka
kemiskinan yang pernah kau kutuk
sekarang turut kau kekalkan
pada dia yang dulu kau teriakkan ingin kau perjuangkan!

M'sia. 07 Feb 2010


Bagaimana Jika

bagaimana jika aku
menjadi sungai mengalir
deras saat hujan
susut bila kemarau
namun masih lembab di dasar hati

bagaimana bila aku
menjelma cenayang
terlalu dekat padamu
tapi tak pernah bisa kau kenali

bagaimana jika aku
memilih menjadi lantai dan batu
daripada jendela dan pintu terbuka
diam tak mengancam
bungkam mungkin dendam

bagaimana jika kita
menjadi manusia paling sederhana
tanpa menjadi apa dan siapa

dan bagaimana jika,
kita tak pernah sekalipun bertanya?
mungkin Tuhan menjadi tak banyak bersabda

26012010


Orasi Bungkam

disinikah tepi?
aku diam kau bungkam
aku rusuh engkau kisruh
aku remuk, kita ambruk?

terlalu lama kupelihara
dua dalam satu
aku dalam aku
kamu bukan aku
dan kita ibarat
tak bertanda baca
karena tak mungkin terbaca

rindu ketaklengkapan
yang takkan terlengkapi

disinikah tepi?

060110



Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Media Seni dan Sastra Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger