Headlines News :
Home » , , » Inception [Rizki Firdaus]

Inception [Rizki Firdaus]

Written By sastra on Thursday, August 30, 2012 | 11:55:00 AM


 
Kecil dan alamiah memang apabila manusia kerapkali mengalami mimpi. Tapi dibalik kejadian alamiah yang berlangsung terus menerus tersebut, justru tersimpan sebuah misteri yang cukup menarik untuk dibahas bahkan di kalangan para ahli dan pakar ilmu pengetahuan dunia. Berbagai pendapat pernah muncul menanggapi apa wujud mimpi sebenarnya. Mimpi kita seringkali timbul dari bentuk rangsangan verbal, visual maupun emosi, yang kemudian membentuk cerita tak masuk akal tapi kerapkali menarik pada saat kita tidur, bahkan kita bisa memecahkan solusi pada saat kita bermimpi, setidaknya sebagian orang mempercayai hal itu kerapkali terjadi. Ilmuwan belum memiliki ide yang dapat menggambarkan apa arti dan egunaan mimpi itu sendiri secara sistematis, ataukah itu hanya sebuah gambaran acak dari impuls otak, ataukah merupakan untaian cerita yang memang dilakukan recall memory oleh otak, atau ada alasan lain?? (Sebab kita juga sering mendengar istilah dejavu). Membahas mengenai mimpi yang juga seringkali dibahas secara psychoanalytic, kita juga harus secara biologist mengenal yang namanya tidur, cara kerja otak, dan tahapan kerja tersebut pada saat kita tertidur.

Film “Inception” menceritakan tentang seorang pencuri lihai yang bernama Dom Cobb (Leonardo DiCaprio) yang melakukan aksi-aksinya dalam alam bawah sadar mimpi. Adalah Dom Cobb (Leonardo Di Caprio) dan partnernya, Arthur (Joseph– Gordon Levitt) yang berprofesi sebagai pencuri ide atau rahasia perusahaan melalui alam bawah sadar korban mereka. Cara memasuki alam pemikirannya ketika orang tersebut sedang berada di alam mimpi. Kemampuan unik ini sering disebut sebagai sebuah kemampuan untuk melakukan extraction. Oleh Saito (Ken Watanabe), yang kagum akan kemampuan Cobb, ia diberikan sebuah tugas yang lebih berat lagi, yakni untuk melakukan penanaman ide di pemikiran seseorang, yang lazim disebut inception.

Untuk menjalankan tugas tersebut, Cobb mengajak rekan-rekannya, Arthur (Joseph Gordon-Levitt), yang merupakan sahabat dan orang kepercayaan Cobb, dan Eames (Tom Hardy), yang memiliki kemampuan untuk menirukan karakter lain. Mereka kemudian juga merekrut Yusuf (Dileep Rao), yang memiliki kemampuan dalam mengolah bahan kimia, serta Ariadne (Ellen Page), murid dari mertua Cobb, Miles (Michael Caine), yang memiliki kemampuan yang mengagumkan dalam hal arsitektur dan ditugaskan untuk membentuk sebuah alam mimpi.

Mimpi adalah perwujudan tak sadar dari hasrat terpendam manusia, ungkap Freud dalam Interpretation of Dream (1900). Tak pelak untuk melepaskan kemunafikan dan segala kungkungan norma, manusia melepaskan semua kehendak yang terpenjara meskipun dalam tidur dimana sensor sadar sedikit melemah. Walaupun tak se-kompleks jabaran teori mimpi dengan segala bentuk penyamarannya, gagasan bapak Psikoanalisis ini sukses diangkat ke layar lebar oleh Christopher Nolan, Sutradara yang makin populer setelah karya anyarnya The Dark Knight (2008).

Film ini memperlihatkan bagaimana rumitnya pergolakan pikiran manusia di bawah sadar dalam hubungannya dengan ambisi, keinginan yang tak terwujudkan serta hal-hal yang berhubungan dengan trauma dan perasaan bersalah.

Konsep yang terjadi jika seseorang dapat membagi mimpinya ke orang lain. Jadi seseorang dapat memasuki dunia mimpi, atau tepatnya, alam bawah sadar milik orang lain. "Apa manfaatnya?" tanya Nolan. "Bagaimana jika seseorang yang memasuki dunia mimpi orang lain tersebut ingin 'mengambil atau menaruh sesuatu' dari atau ke alam bawah sadar tersebut?"

Kali ini Cobb (Leonardo Dicaprio) bekerja menggunakan konsep mimpi tersebut untuk mencari tahu apa-apa yang dirahasiakan seseorang, memanipulasi pikiran seseorang untuk berubah, bahkan menanamkan gagasan baru pada pikiran seseorang melalui mimpi, sesuai dengan kepentingan orang yang memintanya bekerja. Senada dengan terapi yang dilakukan Freud sendiri, Cobb bersama timnya benar-benar harus mengetahui detil latar belakang kehidupan subjek (yang tidak tahu kalau dia sedang bermimpi) sebelum membuat skenario mimpi yang memuluskan tujuan mereka.

Skenario itu tentu saja tak berjalan lancar begitu saja. Akan ada resistensi dari genuine mind si subjek yang sudah dibentuk nilai-nilai dominan lingkungan sosialnya. Penonton akan digiring melalui suspense action dimana tim harus memiliki imajinasi dan improvisasi tingkat tinggi dalam memproyeksikan rencana mereka dalam mimpi si subjek. Sementara halangan serta resiko senantiasa menanti dalam batasan waktu dengan tantangan dalam pengambilan keputusan yang tepat.          

Mimpi Agar Tidak Bermimpi (lagi). Tiga tujuan besar dirangkum dalam inception - sebuah usaha penanaman gagasan baru dalam pikiran seseorang lewat mimpi. Pertama untuk mewujudkan obsesi seorang pengusaha Jepang (Saito) yang pada misi awal, pikirannya gagal dimanipulasi oleh Cobb (Leonardo Dicaprio), si ekstraktor mimpi. Saito berbalik ingin menghancurkan kompetitor terbesarnya Cobol Engineering yang akan menjadi super power baru dalam mendominasi pasokan energi dunia. Pergantian kuasa akan segera berganti ketika direktur utamanya sedang sekarat sehingga perusahaan tersebut sedianya akan diwariskan pada anaknya (Robert Fischer). Maksud Saito akan tercapai jika Cobb berhasil meyakinkan bahwa ekspansi perusahaan ayahnya bukanlah keinginan utama si pewaris tahta, tentunya lewat mimpi.

Dua tugas itu tidak lebih penting bagi Cobb daripada tujuan utamanya untuk kembali ke pelukan anak-anaknya. Kembali pada realita yang selama ini diidamkannya lebih dari sekedar penghilangan rasa bersalah terhadap istrinya (sudah mati) yang selalu mengganggu pekerjaannya dalam membangun skenario-skenario mimpinya.

Inception itu sendiri pertama kali dipraktekkan Cobb pada istrinya Mal yang terperangkap dalam kehidupan dalam mimpinya. Untuk itu Cobb memutuskan menanam ide bahwa dunianya itu tidak nyata pada istrinya dengan jalan kematian sebagai pintu keluar. Ironisnya, ide tersebut tetap melekat dan mengganggu pikiran Mal ketika dia bangun kembali pada kehidupan nyatanya. Sampai akhirnya dia berpikir kematian kembali menjadi jalan keluar membebaskan segala kegalauannya. Kejadian inilah yang terus membayangi Cobb dalam setiap mimpi dan pekerjaannya.

Demi meminimalisir intervensi Mal sebagai proyeksi Cobb yang kerap kali mengacaukan keseluruhan skenario, bergabung arsitek baru Ariadne (Elaine Page), penipu ulung Eams dan ahli kimia dalam inception kedua-nya. Setelah berhasil mendesain mimpi berlapis tiga dan melewati ujian terberatnya untuk mengikhlaskan istrinya, Cobb kembali bersama Saito yang sempat terperangkap dalam ketuaannya dalam mimpi ke suasana sebuah pesawat eksklusif tempat semuanya berawal.

Paling tidak sehabis menikmati film ini penonton dengan lega membuang nafas mengikuti Cobb yang akhirnya kembali ke rumah setelah melepaskan perasaan bersalahnya. Sebuah mimpi layaknya mengingatkan kita akan apa yang sedemikian rupa disembunyikan untuk dibebaskan agar tidak lagi menggentayangi pikiran. Jalani semua yang diinginkan dalam kenyataan, alih-alih terperangkap dalam angan semu mimpi semata.

Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Media Seni dan Sastra Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger