Kecil dan
alamiah memang apabila manusia kerapkali mengalami mimpi. Tapi dibalik kejadian
alamiah yang berlangsung terus menerus tersebut, justru tersimpan sebuah
misteri yang cukup menarik untuk dibahas bahkan di kalangan para ahli dan pakar
ilmu pengetahuan dunia. Berbagai pendapat pernah muncul menanggapi apa wujud
mimpi sebenarnya. Mimpi kita seringkali timbul dari bentuk rangsangan verbal,
visual maupun emosi, yang kemudian membentuk cerita tak masuk akal tapi
kerapkali menarik pada saat kita tidur, bahkan kita bisa memecahkan solusi pada
saat kita bermimpi, setidaknya sebagian orang mempercayai hal itu kerapkali
terjadi. Ilmuwan belum memiliki ide yang dapat menggambarkan apa arti dan
egunaan mimpi itu sendiri secara sistematis,
ataukah itu hanya sebuah gambaran acak dari impuls otak, ataukah merupakan
untaian cerita yang memang dilakukan recall memory oleh otak, atau ada alasan
lain?? (Sebab kita juga sering mendengar istilah dejavu). Membahas mengenai
mimpi yang juga seringkali dibahas secara psychoanalytic, kita juga harus secara biologist mengenal yang namanya tidur, cara kerja otak, dan tahapan
kerja tersebut pada saat kita tertidur.
Film
“Inception” menceritakan tentang seorang pencuri lihai yang bernama Dom Cobb
(Leonardo DiCaprio) yang melakukan aksi-aksinya dalam alam bawah sadar mimpi.
Adalah Dom Cobb (Leonardo Di Caprio) dan partnernya, Arthur (Joseph– Gordon
Levitt) yang berprofesi sebagai pencuri ide atau rahasia perusahaan melalui
alam bawah sadar korban mereka. Cara memasuki alam pemikirannya ketika orang
tersebut sedang berada di alam mimpi. Kemampuan unik ini sering disebut sebagai
sebuah kemampuan untuk melakukan extraction. Oleh Saito (Ken Watanabe), yang kagum akan kemampuan Cobb,
ia diberikan sebuah tugas yang lebih berat lagi, yakni untuk melakukan
penanaman ide di pemikiran seseorang, yang lazim disebut inception.
Untuk
menjalankan tugas tersebut, Cobb mengajak rekan-rekannya, Arthur (Joseph
Gordon-Levitt), yang merupakan sahabat dan orang kepercayaan Cobb, dan Eames
(Tom Hardy), yang memiliki kemampuan untuk menirukan karakter lain. Mereka
kemudian juga merekrut Yusuf (Dileep Rao), yang memiliki kemampuan dalam mengolah
bahan kimia, serta Ariadne (Ellen Page), murid dari mertua Cobb, Miles (Michael
Caine), yang memiliki kemampuan yang mengagumkan dalam hal arsitektur dan
ditugaskan untuk membentuk sebuah alam mimpi.
Mimpi adalah perwujudan tak sadar dari hasrat
terpendam manusia, ungkap Freud dalam Interpretation of Dream (1900). Tak pelak
untuk melepaskan kemunafikan dan segala kungkungan norma, manusia melepaskan
semua kehendak yang terpenjara meskipun dalam tidur dimana sensor sadar sedikit
melemah. Walaupun tak se-kompleks jabaran teori mimpi dengan segala bentuk
penyamarannya, gagasan bapak Psikoanalisis ini sukses diangkat ke layar lebar
oleh Christopher Nolan, Sutradara yang makin populer setelah karya anyarnya The
Dark Knight (2008).
Film ini memperlihatkan bagaimana rumitnya
pergolakan pikiran manusia di bawah sadar dalam hubungannya dengan ambisi,
keinginan yang tak terwujudkan serta hal-hal yang berhubungan dengan trauma dan
perasaan bersalah.
Konsep
yang terjadi jika seseorang dapat membagi mimpinya ke orang lain. Jadi
seseorang dapat memasuki dunia mimpi, atau tepatnya, alam bawah sadar milik
orang lain. "Apa manfaatnya?" tanya Nolan. "Bagaimana jika
seseorang yang memasuki dunia mimpi orang lain tersebut ingin 'mengambil atau
menaruh sesuatu' dari atau ke alam bawah sadar tersebut?"
Kali ini Cobb (Leonardo Dicaprio) bekerja
menggunakan konsep mimpi tersebut untuk mencari tahu apa-apa yang dirahasiakan
seseorang, memanipulasi pikiran seseorang untuk berubah, bahkan menanamkan
gagasan baru pada pikiran seseorang melalui mimpi, sesuai dengan kepentingan
orang yang memintanya bekerja. Senada dengan terapi yang dilakukan Freud
sendiri, Cobb bersama timnya benar-benar harus mengetahui detil latar belakang
kehidupan subjek (yang tidak tahu kalau dia sedang bermimpi) sebelum membuat
skenario mimpi yang memuluskan tujuan mereka.
Skenario itu tentu saja tak berjalan lancar begitu
saja. Akan ada resistensi dari genuine mind si subjek yang sudah dibentuk
nilai-nilai dominan lingkungan sosialnya. Penonton akan digiring melalui
suspense action dimana tim harus memiliki imajinasi dan improvisasi tingkat
tinggi dalam memproyeksikan rencana mereka dalam mimpi si subjek. Sementara
halangan serta resiko senantiasa menanti dalam batasan waktu dengan tantangan
dalam pengambilan keputusan yang tepat.
Mimpi Agar Tidak Bermimpi (lagi). Tiga tujuan
besar dirangkum dalam inception - sebuah usaha penanaman gagasan baru dalam
pikiran seseorang lewat mimpi. Pertama untuk mewujudkan obsesi seorang
pengusaha Jepang (Saito) yang pada misi awal, pikirannya gagal dimanipulasi
oleh Cobb (Leonardo Dicaprio), si ekstraktor mimpi. Saito berbalik ingin
menghancurkan kompetitor terbesarnya Cobol Engineering yang akan menjadi super
power baru dalam mendominasi pasokan energi dunia. Pergantian kuasa akan segera
berganti ketika direktur utamanya sedang sekarat sehingga perusahaan tersebut
sedianya akan diwariskan pada anaknya (Robert Fischer). Maksud Saito akan
tercapai jika Cobb berhasil meyakinkan bahwa ekspansi
perusahaan ayahnya bukanlah keinginan utama si pewaris tahta, tentunya lewat
mimpi.
Dua tugas itu tidak lebih penting bagi Cobb
daripada tujuan utamanya untuk kembali ke pelukan anak-anaknya. Kembali pada
realita yang selama ini diidamkannya lebih dari sekedar penghilangan rasa
bersalah terhadap istrinya (sudah mati) yang selalu mengganggu pekerjaannya
dalam membangun skenario-skenario mimpinya.
Inception itu sendiri pertama kali dipraktekkan
Cobb pada istrinya Mal yang terperangkap dalam kehidupan dalam mimpinya. Untuk
itu Cobb memutuskan menanam ide bahwa dunianya itu tidak nyata pada istrinya
dengan jalan kematian sebagai pintu keluar. Ironisnya, ide tersebut tetap
melekat dan mengganggu pikiran Mal ketika dia bangun kembali pada kehidupan
nyatanya. Sampai akhirnya dia berpikir kematian kembali
menjadi jalan keluar membebaskan segala kegalauannya. Kejadian inilah yang
terus membayangi Cobb dalam setiap mimpi dan pekerjaannya.
Demi meminimalisir intervensi Mal sebagai proyeksi
Cobb yang kerap kali mengacaukan keseluruhan skenario, bergabung arsitek baru
Ariadne (Elaine Page), penipu ulung Eams dan ahli kimia dalam inception
kedua-nya. Setelah berhasil mendesain mimpi berlapis tiga dan melewati ujian
terberatnya untuk mengikhlaskan istrinya, Cobb kembali bersama Saito yang
sempat terperangkap dalam ketuaannya dalam mimpi ke suasana sebuah pesawat
eksklusif tempat semuanya berawal.
Paling tidak sehabis menikmati film ini penonton
dengan lega membuang nafas mengikuti Cobb yang akhirnya kembali ke rumah
setelah melepaskan perasaan bersalahnya. Sebuah mimpi layaknya mengingatkan
kita akan apa yang sedemikian rupa disembunyikan untuk dibebaskan agar tidak
lagi menggentayangi pikiran. Jalani semua yang diinginkan dalam kenyataan,
alih-alih terperangkap dalam angan semu mimpi semata.
Post a Comment