Headlines News :
Home » , , » Keseimbangan - Iwan Fals [Rizki Firdaus]

Keseimbangan - Iwan Fals [Rizki Firdaus]

Written By sastra on Thursday, August 30, 2012 | 10:07:00 AM


Virgiawan Listanto atau yang lebih dikenal Iwan Fals lahir pada tanggal 3 September 1961 di Jakarta adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia. Lewat lagu-lagunya, Iwan menggambarkan suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti lagu Wakil Rakyat dan Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya lagu Siang Seberang Istana dan Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti lagu Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya.

Namun Iwan Fals yang dahulu sering menembak realitas sosial yang banyak terjadi di Indonesia mulai mengalami perubahan lirik dan syair saat ini. Kekecewaan mulai mengemuka dari banyak penggemar legenda hidup musik Indonesia ini menyimak beberapa album belakangan. Bang Iwan tidak segarang dulu mempertanyakan realita sosial dari kacamata minoritas dalam hubungannya dengan kekuasaan yang tamak. Dalam kumpulan karyanya tahun ini, langkah tepat mungkin diambil untuk meminimalisir reaksi fans-nya yang makin cemberut. “Keseimbangan” title albumnya yang terbaru diluncurkan secara independen di bawah bendera Fals Record.

Harapannya tidak akan ada lagi kompromi-kompromi yang harus dituruti dalam rangka kontrak. Iwan Fals yang seolah-olah meremaja dengan lagu cinta-cintaan dapat dihindari. Keinginan itu tampak terwujud dari daftar lagu yang muncul. Deretan tema tentang hidup, Tuhan dan lingkungan mendominasi. Menarik menemukan Iwan Fals dahulu dengan dagelan satirnya tentang tokoh penguasa kini mendukung oknum yang berdedikasi seperti dalam “Jendral Tua”.

Intinya, Bang Iwan kali ini lebih nyata mengedepankan solusi untuk kebaikan daripada sekedar luapan kegelisahan seperti tembang cinta lingkungan “Hutanku”, “Pohon untuk Kehidupan” dan “Tanam Siram Tanam”. Bukan berarti lagu-lagunya selama ini tidak memberikan solusi, namun sentilan terhadap mereka yang seharusnya bertanggung jawab sedianya semakin dihiraukan membuatnya lelah berujar marah. Tengok saja karya-karya klasik Bang Iwan yang sampai detik ini masih relevan tidak menyentuh perasaan para penguasa. Kita mesti angkat topi atas usaha konkrit yang dilakukannya setiap gelaran konser dengan aksi tanam pohon, Go Blue dan reservasi lainnya.

Beberapa lirik digarap orang lain seperti Subur Raharja (Suhu), H.MS Kaban (Hutanku), Muh Ma'mun (Pohon untuk Kehidupan), KH. Mustofa Bisri (Aku Menyayangimu) dan Endang Moerdopo (Malahayati). Sulit mungkin menemukan aransemen nakal (menilik “Sepak Bola” dan “Kuda Coklatku” yang terdengar garing) dan provokatif layaknya yang terdahulu. Selain faktor umur, mungkin Iwan-Iwan baru memang sudah semestinya mengambil tongkat estafet.

Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Media Seni dan Sastra Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger