Headlines News :
Home » , , » Puisi-puisi [Umpu Prahara]

Puisi-puisi [Umpu Prahara]

Written By sastra on Sunday, July 29, 2012 | 9:38:00 PM

Kau 1

Apakah wanita yang terbalut kain sari itu bercelana dalam ?
Apakah wanita yang berjilbab itu mempunyai telinga ?
Apakah wanita dengan kaca mata hitam itu buta ?
Apakah aku?

Apakah cinta sebuah hambatan
Untuk mencapai tingkat spiritual yang tinggi
Lepas Bramu
Lepas celana dalammu
Lepas semuanya

Kita susuri tubuh ini dengan sentuhan halus
Dan jilatan-jilatan liar
Sampai terdengar lengguhan-lengguhan
Melengking dalam tempo riuh rendah
Kenikmatan kenikmatan

Ini jujur
Karena,
Keperawanan adalah kebohongan
Dan,
Keperjakaan adalah kesombongan
Aku?
Lagi-lagi keluhan ?
Akh

Cherry House. 12 Okt 2003. 21.37 WIB   


Kau 2

Tak kudengar lagi beritanya
Bukan seperti Legian, Timur Tengah atau WTC
Bukan pula seperti ESPN dengan Tiger Wood
Atau MTV dengan Christina Aguileranya

Tapi cuma dirimu
Yang tak kunjung datang
Dengan wajah yang sumringah
Senyum dikulum permen

Manis di dalam
Dan lesung pipit di luar

Cherry House. 05 Nov 03. 21.56 WIB


Untuk Ibu

Semburat kemilau matahari pagi belum lagi muncul
Cericit burung-burung kecil belum lagi terdengar
Kokok ayam jantan belum lagi lantang
Celoteh serangga malam belum lagi usai

Tapi kau telah terbangun
Kau telah terjaga
Kau telah meninggalkan peraduanmu yang hangat
Meninggalkan tilam emasmu
Bagaikan dewi kau memelukku
Bagaikan ibu pertiwi kau melindungiku

Tak cukup tinta untuk menggoreskan segala kebaikanmu
Tak cukup kertas untuk mencatat semua yang telah kau berikan
Tak cukup mutiara untuk membalas semua hutangku padamu

Tetapi aku bukan milikmu seorang
Aku adalah milik anak bangsa
Aku adalah milik semua umat manusia

Maafkan aku Ibu
.
Turi, 0.00, 02 Apr 03.  


Ahh...

Seperti pelukis dalam absurditas
Seperti filsuf dalam pencarian “tidak ada”
Seperti politikus dalam arena retorika
Seperti ekonom dalam dansa di lantai bursa
Dan seperti aku yang mencari “Mu”
           
Menangis di atas bangkai mayat
Tertawa dalam hari indah
Itu bohong
Justru menangis harus di hari yang indah
Dan, tertawa di atas bangkai mayat
Itu baru benar…. Ha…ha…haaaa…

Pintu ditutup
Hari telah malam
Melolonglah di siang hari serigalaku

Cherry House. 5 Nov 03. 21.16 WIB


Malam

Keheningan malam bagaikan sebuah senjata
yang mengoyak senja
merobek mayapada
menodai cakrawala

Dalam keheningan malam tergambar kisah tentang duka
Tentang bayi yang menangis lapar
Tentang anak yang terlantar
Tentang kemanusian yang semakin memudar

Dalam keheningan malam tercipta sebuah berita
Tentang rakusnya penguasa
Tentang matinya sebuah cita-cita
Tentang hancurnya tatanan negara

Dalam keheningan malam terwujudlah sebuah cita-cita
Tentang rakyat yang merdeka
Tentang rakyat yang sejahtera
Tentang rakyat yang berkuasa

Painan, 28 Desember 2010


Satu Hari

Subuh,
Tuhan tolong kami,
Ampuni kami,
Selamatkan kami,
Tanpamu kami tak berarti

Pagi,
Seorang gadis mengambil pisau
Memotong kentang, memotong wortel
Mengaduk bumbu dan mencampurnya
Lalu kemudian memasaknya

Siang,
Seekor teri bercerita tentang anaknya
Tentang kakap, tentang paus
dan juga gurita yang meraja lela
Sambil dikelilingi lalat

Sore,
Si gadis menangis ditinggal pacarnya
Ibu tiri memarahi anak tirinya
Ayah berselingkuh dengan sekretarisnya
Seorang gadis kaya senang menjadi pemulung

Malam,
Dor, suara tembakan terdengar
Suara tembakan saling bersahutan
Penjahat tersungkur dan mati
Sang jagoan berdiri sambil berlumuran darah

Tengah malam,
Orang kesurupan
Orang meracau
Orang disembuhkan doa
Ada dunia selain dunia kita

Begitulah seterusnya dan seterusnya.

Padang, 24 Januari 2011


Untukmu

Yang pernah kuajak merenda jeda
Tapi kau kata, tidak!
Kataku tak berbisa
Tak meliuk serampai
Mengapit helai tiada
Meski kata ini memang tumbuh dari lukaku
Namun ia tetap bersemi
Berharap takkan layu
Setelah kutinggalkan
Tak kubawa cakrawala
Kudapan sepi hanya
Lantas siapa yang akan menyiraminya?
Di saat panas menggoda
Kaupun tahu
Kabut dan hujan tidak datang bersamaan
Begitupun matahari
Kadang  terbit dari arah yang berbeda
Tapi itu mereka, dan bukan kita
Siapa kan menyangka
Pada sebuah waktu
Kita akan bersua
Pada ruang yang sama


Perempuan

Perempuan itu
Tidak sekalipun pernah kulihat rinai rambutnya
Apakah ia berambut ekor kuda ?
ataukah ia berambut kepang dua ?
atau.
Gadis berambut ular?
Yang pasti
Di matanya ada dua kerlip bintang

Perempuan tadi
Betisnyapun jarang terlihat
Entah padi bunting ?
Gading gajah ?
atau
Tiang penyangga menara Pisa
Yang ku tau
Senyumnya adalah bunga

Perempuan yang lalu
Beraroma minyak kasturi
Bergaun ala burung Kaswari
Ia lahir di Manokwari
Dan menyusu pada puting bidadari
Kaulah Dinda Bestari

“Kan kuajak kau menikmati senja di kedai Singosari
tempat Ken Arok dan Ken Dedes memadu janji.
Dan kita bersama belajar mengaji
Karena Ramadhan telah menanti”

“Untuk ia yang datang menemaniku pada suatu malam di Gamping pada saat bulan Ramadhan”

Cherry House. 05 Nov 03. 21.30 WIB



*Terbit di Antologi Kondom Bocor Sobek Ujungnya 
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Media Seni dan Sastra Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger